Perbedaan harga yang mencolok dengan yang diumumkan oleh tim dari dinas perkebunan biasanya terjadi kepada petani biasa atau petani bukan plasma. Harga yang mendekati atau sama dengan harga yang ditetapkan oleh tim dari dinas perkebunan biasanya berlaku bagi petani plasma atau perkebunan yang sudah mapan dalam artian sudah menerapkan prinsip-prinsip perkebunan sawit yang memenuhi standar yang sudah ditetapkan. Petani Plasma biasanya dididik oleh PT perkebunan sawit, dimana mereka kemudian biasanya langsung menampung buahnya.
Petani plasma menjual TBS sawit lebih tinggi dari petani biasa karena mereka menjualnya langsung kepada perusahaan (PKS) atau biasanya melalui kerjasama dengan koperasi.
Petani bukan plasma atau petani biasa, biasanya menjual buah sawit secara tidak langsung kepada pabrik sawit (PKS), namun melalui tauke-tauke atau juragan buah sawit yang ada disekitar perkebunan sawit.
Menjual sawit kepada tauke sawit, tentu dihargai lebih murah daripada menjual langsung ke pabrik sawit atau ke koperasi yang menjembatani mereka.
Ada berbagai alasan yang dikemukakan oleh para tauke/broker/agen/juragan sawit kenapa mereka membeli buah sawit (TBS) dengan harga yang lebih rendah dibandingkan dengan harga yang ditetapkan oleh tim dari dinas perkebunan propinsi, antara lain :
- Tauke sawit atau juragan sawit memang mencari laba, melalui usaha sebagai perantara pembeli buah sawit.
- Tauke membeli buah dari perkebunan swadaya masyarakat tidak berdasarkan usia tanamanan, tapi harga dipukul rata mulai usia 3 – 25 tahun.
- Rendemen buah sawit dari petani non plasma dianggap rendah, hal ini diakibatkan oleh :
- Tandan Buah Sawit yang dipetik tidak memenuhi kriteria matang (kurang matang / kurang masak)
- Buah-buahan cacat / luka atau memar
- Buah atau brondolan kurang bersih, tercampur dengan tanah, debu, kerikil, daun-daunan dll.
- buah terlalu matang
- Agen/toke sawit kurang percaya dengan petani, untuk petani tertentu bahkan dihargai dengan sangat rendah. Dengan alasan setiap panen sering dijumpai adanya buah dengan kualitas kurang baik. Buah yang kurang baik ini antara lain karena :
- Buah terlalu cepat dipanen/kurang masak.
- Buah terlalu matang
- Buah merupakan hasil panen dari jenis bibit sawit yang kurang baik.
- adanya tandan kosong
- beberapa petani nakal mencampur buah dari sawit yang sudah berumur tua dengan sawit yang masih muda.
- petani curang yang di blacklist tauke/agen, misalnya : ketahuan diam-diam menyiram buahnya agar bertambah berat, menyisipkan buah2 jantan dll.
- Kondisi jalan ke PKS yang kurang mendukung :
- Jarak lokasi yang jauh ke PKS (Pabrik Kelapa Sawit)
- Jalan rusak / jalan lagi diperbaiki
- Jalanan selalu macet
- Di tengah jalan banyak tilangan atau banyak pungutan liar - Jumlah agen/toke pembeli sawit tidak sebanding dengan luas lahan yang sudah siap panen, akibatnya tauke merasa berkuasa menentukan harga.
- Adanya antrian yang panjang di PKS, antrian ini sendiri berakibat biaya operasional bertambah, karena :
- Sopir minta biaya atau ongkos tambahan
- Terjadi penyusutan berat buah
- Resiko buah busuk,
- dll - Kondisi cuaca (hujan lebat dll)
- Sortir PKS tertentu yang sangat ketat, sehingga agen tidak mau ambil resiko. Untuk berjaga-jaga dari resiko itulah agen/tauke sawit menekan harga ke petani.
- Resiko kejahatan (jalan melewati daerah sepi dan rawan), banyak preman, pungutan liar dsb.
0 komentar:
Posting Komentar